deklamasi dan pementasan karya sastra anak-anak
http://citynqnew.blogspot.com
by SITI HALIDJAH
Post Siti NurKomariyah
Tanjungpura University Of Pontianak
BAB IX
DEKALAMASI DAN PEMENTASAN
KARYA SASTRA ANAK-ANAK
A. Deklamasi Karya Sastra Anak-Anak
1. Pengertian Deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton.
Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca puisi “poetry reading” disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut.
a. Pada baca puisi si pembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara bervariasi.
b. Pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang dari pada deklamasi.
c. Pada baca puisi factor suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi di samping intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah.
d. Baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.
Meskipun banyak segi yang membedakan deklamasi dan baca puisi, tak perlu ditonjolkan, seperti yang dikatakan oleh Ali (1982) bahwa perbedaan tersebut tidak merupakan suatu ketentuan yang definitif dan bersifat mengikat. Kalau deklamator menghafal sajak, tidak lain hanyalah persoalan teknis, sekedar untuk memberikan kekebasan kepada si deklamator untuk berimprovisasi. Dengan kata lain, deklamasi dan baca puisi, pada hakikatnya sama, yakni keduanya menyampaikan puisi secara lisan kepada khalayak penonton untuk dinikmati nilai-nilai estetis dan nilai-nilai humanistik puisi tersebut.
2. Syarat Mendeklamasikan Puisi
Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca/deklamasi pusi adalah sebagai berikut.
a. Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pembaca atau deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara tepat dan menarik.
b. Penguasaan mimic
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih, mimic heran, dan sebagainya.
c. Penguasaan gesture
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.
d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat
Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi dalam puisi yang dideklamasikan.
3. Deklamsi dan Unsur Penilaiannya
Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984) meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi visi, artikulasi, dan intonasi, sedangkan presentasi meliputi vokal, gestur atau gerak, tekanan,volume suara, ekspresi mimik.
Menurut Aminuddin (2004), aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah (1) aspek pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang, dan (2) aspek pemaparan yang meliputi kualitas ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi. Sasaran penilaian deklamasi di atas adalah untuk orang dewasa.
Penilaian deklamsi puisi untuk keperluananak usia Sekolah Dasar adalah terdiri atas lima aspek. Kelima aspek tersebut dapat dilihat secara utuh pada skema berikut.
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana, kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalnya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.
b. Intonasi
Intonasi yang di maksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau baitpuisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara utuh. Intonasi yang di maksud di atas beranjak dari pengertian yang dikemukakan oleh Keraf (1980:43) yang menyatakan bahwa intonasi adalah kerjasama antara tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah “lagu tutur, yang meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda. Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendeklamasikan suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang.
c. Ekspresi Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimic gembira, dan sebagainya.
d. Gestur (kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larikpuisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar. Kepribadian deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya diri, tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak penonton. Kompersasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil diatas pentas dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi penonton.
B. Pementasan Drama
1. Pengertian Drama
Drama adalah suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk dipertunjukkan oleh aktor di atas pentas. Hal tersebut sejalan dengan Hermawan (1988:2) yang mentayakan bahwa drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton. Sehubungan dengan drama sebagai salah satu karya sastra, oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur tema, plot, latar, karakter,dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak.
Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan, 1998: 6.3) menyatakan bahwa secara teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang dan kramaagung. Wawancang adalah suatu percakapan yang harus dihapal oleh aktor yangdisertai pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu harus dipahami suasana emotif yang menyertainya sepoerti jengkel, terharu, marah, sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Kramagungmerupakan instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung dengan tepat sekaligus sebagai rambu-rambu atau petunjuk bagi piñata panggung mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan ataubabak yang akan dipentaskan.
2. Teknik Mementaskan Drama
Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan drama. Teknik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
b. Teknik Memberi Isi
Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melaluitempo, nada, dinamik, misalnya
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap,gerak anggota badan lainnya (gestur)
c. Teknik Pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah, yaitu sebagai berikut.
1) Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya.
2) Teknik pengembangan jasmaniah, yakni, sebagai berikut.
a) Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya.
b) Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
c) Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dan sebagainya.
d) Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari
e) Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan kesedihan dan sebagainya.
d. Teknik Timing
Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap.
e. Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik di mana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan.
3. Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak
Sebelum bermain drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebutsebagai berikut.
a. Penguasaan Vokal
Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonan dan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.
b. Penguasaan Mimik dan Intonasi Dasar
Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimic sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai denganwajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimic gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulutterseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat nada tinggi- tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekananbersifat sedang). Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.
c. Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku.
d. Penguasaan Pemahaman Watak Peran
Untuk memperolehpemahaman watak peran yang tepat, perlu mengadakan analisis peran berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita, pengenalan, permasalahan, klimaks, dan penyelesaian lalu mencatat peran yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti dengan watak peran yang semestinya diperankan.
e. Penguasaan pemanggungan
Penuguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain dama, antara lain berkaitan dengan:
1) teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang dimainkan. Pemunculan itu befungsi member kesan simpati bagi penonton;
2) bloking, yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah gerakannya di atas panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah;
3) penguasaan cahaya dan bunyi, yakni aktor perlu penguasaan menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (soundsystem) di atas panggung. Sebelum mementaskan drama tentu harus membaca dan menelaah naskah secara cermat supaya bisa beracting sesuai peran yang ditugaskan oleh sutradara.
Namun demikian, agar kita mampu memainkan perandiberikan perlu mengetahui langkah-langkah mementaskan drama, yaknisebagai berikut.
1) Menganalisis dan menyimpulkan bentuk tindakan pokok yang akan diperankan dalam pementasan di atas panggung.
2) Menganalisis dan menyimpulkan sifat atau watak yang akan diperankan dalam pementasan.
3) Mencari dalam naskah atau adegan/babak tentang bagian-bagian yang perlu yang ditonjolkan, baik dalam bentuk penonjolan pengucapan maupun dalam bentuk penonjolan jasmaniah.
4) Menciptakan ekspresi wajah atau mimik muka, atau sikap yang mendukung watak peran yang dimainkan sehingga peranan yang dibawakan memukau penonton.
5) Menganalisis naskah untuk menciptakan timing (berbicara sebelum bergerak, bergerak sambil, bicara, atau bergerak lalu berbicara) yangtepat dan sempurna saat pementasan. Sehinga penonton dapat menikmati keindahan pementasan yang di dalamnya terkandung pesan yang dapat memperkaya rokhaninya.
a. Tata Artistik Pementasan Drama
Pementasaan drama memerlukan tata artistik agar nampak memakau penonton. Tata artistik menurut Tjokroatmojo dkk (1984) yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama ada lima macam.
1) Tata artistik rias wajah
Tata rias merupakan salah satu bagian yang menunjang pemaindalam memerankan suatu peran. Dengan tata rias wajah, membantu mengubah aktor muda memerankan aktor yang kelihatan tua sekali, aktor yang sehat kelihatan sakit, atau aktor muda kelihatan sangat tampan atau sangat cantik sehingga semakin menarik perhatian penonton
2) Tata artisitik busana
Dengan tata busana yang relevan dengan peran yang dimainkan, secara tak langung mencerminkan karakter atau pribadi pemain bersangkutan.
3) Tata artistik music
Tata musik merupakan iringan musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan /babak sehingga peristiwa yang digambarkan semakin hidup, jelas danmenarik.
4) Tata artistik sinar /cahaya
Suatu drama yang menggunakan tata artisitik sinar yang berwarna-warni akan memberikan efek estetis yang memukau dibanding drama tanpa penataan cahaya. Melalui tata cahaya membantu permainan dalam menggambarkan peristiwa tertentu.
5) Tata artistik suara (sound system)
Seni artistik suara (sound system) juga perlu dipersiapkan dengan cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik, dialog atau monolog pemain akan terdengar jernih, jelas, dan menarik, baik penonton yang berada di depan maupun yang ada dibelakang. Masalah tata suara sering dianggap remeh padahal fungsinya tidak kalah pentingnya dengan aspek lainnya. Tata artsitik suara yang terganggu akan menimbulkan bebagai efek sampingan, bahkan akan menyebabkan gagalnya suatu pementasan secara total.
b. Sutradara dan Pementasan Drama
Tak dapat dipungkiri bahwa peran sutradara dalam pementasan drama sangat penting. Keberhasilan suatu pementasan drama tak lepas dari kreatifitas sutradara. Menurut Tambojan (1981) sutradara bertanggung jawab atas beberapa peran vital yang menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan drama. Peran sutradara tersebut adalah sebagai beikut.
1) Memilih naskah bermutu
Sutradara memilih naskah bermutu dengan berlandas pada nilai filsafati yakni naskah tersebut mengandung perenungan yang hakiki, segiartistik yakni naskah tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi, segi etishumanistik,yakni naskah tersebut memiliki nilai moral yang dapat memperkaya rokhani penonton, segi komersil yakni naskah itu memiliki daya minat yang mampu memacing penonton.
2) Menentukan penafsiran naskah
Naskah yang akan dipentaskan harus sesuai keinginan penafsiran sutradara berdasarkan naskah. meskipun penafsiran itu kadangkala merupakan hasil diskusi bersama dengan para aktor. Semua akting dandialog merupakan anjuran atau persetujuan sutradara karena berhasil atau gagalnya banyak ditentukan oleh kreativitas, etos kerja, dan tangung jawabnya.
3) Memilih aktor
Berdasarkan hasil penafsiran terhadap naskah, sutradara memilih dan menentuan aktor esuai postur tubuh, umur, dan jenis kelamin dan keahlian tokoh yang dinginkan dalam naskah.
4) Melatih aktor
Setelah memilih aktor, tugas sutradara adalah menentukan jadwal latihan untuk melatih aktor kepiawian aktor dalam memainkan peran yang diembannya sebagai prapementasan final. Hal ini agar pagelaran drama berjalan dengan tepat dan menarik.
5) Bekerjasama dengan tim
Sutradara juga harus mampu menentukan tim yang dapat membantunya mempersiapkan tata artistik: sinar, rias, busana, musik, panggung. Tim tersebut haris memiliki jiwa kreatif dan semangat kerja yang tinggi.
by SITI HALIDJAH
Post Siti NurKomariyah
Tanjungpura University Of Pontianak
BAB IX
DEKALAMASI DAN PEMENTASAN
KARYA SASTRA ANAK-ANAK
A. Deklamasi Karya Sastra Anak-Anak
1. Pengertian Deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton.
Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca puisi “poetry reading” disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut.
a. Pada baca puisi si pembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara bervariasi.
b. Pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang dari pada deklamasi.
c. Pada baca puisi factor suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi di samping intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah.
d. Baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.
Meskipun banyak segi yang membedakan deklamasi dan baca puisi, tak perlu ditonjolkan, seperti yang dikatakan oleh Ali (1982) bahwa perbedaan tersebut tidak merupakan suatu ketentuan yang definitif dan bersifat mengikat. Kalau deklamator menghafal sajak, tidak lain hanyalah persoalan teknis, sekedar untuk memberikan kekebasan kepada si deklamator untuk berimprovisasi. Dengan kata lain, deklamasi dan baca puisi, pada hakikatnya sama, yakni keduanya menyampaikan puisi secara lisan kepada khalayak penonton untuk dinikmati nilai-nilai estetis dan nilai-nilai humanistik puisi tersebut.
2. Syarat Mendeklamasikan Puisi
Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca/deklamasi pusi adalah sebagai berikut.
a. Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pembaca atau deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara tepat dan menarik.
b. Penguasaan mimic
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih, mimic heran, dan sebagainya.
c. Penguasaan gesture
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.
d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat
Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi dalam puisi yang dideklamasikan.
3. Deklamsi dan Unsur Penilaiannya
Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984) meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi visi, artikulasi, dan intonasi, sedangkan presentasi meliputi vokal, gestur atau gerak, tekanan,volume suara, ekspresi mimik.
Menurut Aminuddin (2004), aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah (1) aspek pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang, dan (2) aspek pemaparan yang meliputi kualitas ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi. Sasaran penilaian deklamasi di atas adalah untuk orang dewasa.
Penilaian deklamsi puisi untuk keperluananak usia Sekolah Dasar adalah terdiri atas lima aspek. Kelima aspek tersebut dapat dilihat secara utuh pada skema berikut.
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana, kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalnya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.
b. Intonasi
Intonasi yang di maksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau baitpuisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara utuh. Intonasi yang di maksud di atas beranjak dari pengertian yang dikemukakan oleh Keraf (1980:43) yang menyatakan bahwa intonasi adalah kerjasama antara tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah “lagu tutur, yang meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda. Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendeklamasikan suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang.
c. Ekspresi Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimic gembira, dan sebagainya.
d. Gestur (kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larikpuisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar. Kepribadian deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya diri, tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak penonton. Kompersasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil diatas pentas dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi penonton.
B. Pementasan Drama
1. Pengertian Drama
Drama adalah suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk dipertunjukkan oleh aktor di atas pentas. Hal tersebut sejalan dengan Hermawan (1988:2) yang mentayakan bahwa drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton. Sehubungan dengan drama sebagai salah satu karya sastra, oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur tema, plot, latar, karakter,dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak.
Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan, 1998: 6.3) menyatakan bahwa secara teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang dan kramaagung. Wawancang adalah suatu percakapan yang harus dihapal oleh aktor yangdisertai pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu harus dipahami suasana emotif yang menyertainya sepoerti jengkel, terharu, marah, sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Kramagungmerupakan instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung dengan tepat sekaligus sebagai rambu-rambu atau petunjuk bagi piñata panggung mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan ataubabak yang akan dipentaskan.
2. Teknik Mementaskan Drama
Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan drama. Teknik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
b. Teknik Memberi Isi
Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melaluitempo, nada, dinamik, misalnya
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap,gerak anggota badan lainnya (gestur)
c. Teknik Pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah, yaitu sebagai berikut.
1) Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya.
2) Teknik pengembangan jasmaniah, yakni, sebagai berikut.
a) Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya.
b) Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
c) Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dan sebagainya.
d) Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari
e) Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan kesedihan dan sebagainya.
d. Teknik Timing
Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap.
e. Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik di mana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan.
3. Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak
Sebelum bermain drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebutsebagai berikut.
a. Penguasaan Vokal
Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonan dan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.
b. Penguasaan Mimik dan Intonasi Dasar
Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimic sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai denganwajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimic gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulutterseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat nada tinggi- tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekananbersifat sedang). Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.
c. Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku.
d. Penguasaan Pemahaman Watak Peran
Untuk memperolehpemahaman watak peran yang tepat, perlu mengadakan analisis peran berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita, pengenalan, permasalahan, klimaks, dan penyelesaian lalu mencatat peran yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti dengan watak peran yang semestinya diperankan.
e. Penguasaan pemanggungan
Penuguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain dama, antara lain berkaitan dengan:
1) teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang dimainkan. Pemunculan itu befungsi member kesan simpati bagi penonton;
2) bloking, yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah gerakannya di atas panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah;
3) penguasaan cahaya dan bunyi, yakni aktor perlu penguasaan menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (soundsystem) di atas panggung. Sebelum mementaskan drama tentu harus membaca dan menelaah naskah secara cermat supaya bisa beracting sesuai peran yang ditugaskan oleh sutradara.
Namun demikian, agar kita mampu memainkan perandiberikan perlu mengetahui langkah-langkah mementaskan drama, yaknisebagai berikut.
1) Menganalisis dan menyimpulkan bentuk tindakan pokok yang akan diperankan dalam pementasan di atas panggung.
2) Menganalisis dan menyimpulkan sifat atau watak yang akan diperankan dalam pementasan.
3) Mencari dalam naskah atau adegan/babak tentang bagian-bagian yang perlu yang ditonjolkan, baik dalam bentuk penonjolan pengucapan maupun dalam bentuk penonjolan jasmaniah.
4) Menciptakan ekspresi wajah atau mimik muka, atau sikap yang mendukung watak peran yang dimainkan sehingga peranan yang dibawakan memukau penonton.
5) Menganalisis naskah untuk menciptakan timing (berbicara sebelum bergerak, bergerak sambil, bicara, atau bergerak lalu berbicara) yangtepat dan sempurna saat pementasan. Sehinga penonton dapat menikmati keindahan pementasan yang di dalamnya terkandung pesan yang dapat memperkaya rokhaninya.
a. Tata Artistik Pementasan Drama
Pementasaan drama memerlukan tata artistik agar nampak memakau penonton. Tata artistik menurut Tjokroatmojo dkk (1984) yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama ada lima macam.
1) Tata artistik rias wajah
Tata rias merupakan salah satu bagian yang menunjang pemaindalam memerankan suatu peran. Dengan tata rias wajah, membantu mengubah aktor muda memerankan aktor yang kelihatan tua sekali, aktor yang sehat kelihatan sakit, atau aktor muda kelihatan sangat tampan atau sangat cantik sehingga semakin menarik perhatian penonton
2) Tata artisitik busana
Dengan tata busana yang relevan dengan peran yang dimainkan, secara tak langung mencerminkan karakter atau pribadi pemain bersangkutan.
3) Tata artistik music
Tata musik merupakan iringan musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan /babak sehingga peristiwa yang digambarkan semakin hidup, jelas danmenarik.
4) Tata artistik sinar /cahaya
Suatu drama yang menggunakan tata artisitik sinar yang berwarna-warni akan memberikan efek estetis yang memukau dibanding drama tanpa penataan cahaya. Melalui tata cahaya membantu permainan dalam menggambarkan peristiwa tertentu.
5) Tata artistik suara (sound system)
Seni artistik suara (sound system) juga perlu dipersiapkan dengan cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik, dialog atau monolog pemain akan terdengar jernih, jelas, dan menarik, baik penonton yang berada di depan maupun yang ada dibelakang. Masalah tata suara sering dianggap remeh padahal fungsinya tidak kalah pentingnya dengan aspek lainnya. Tata artsitik suara yang terganggu akan menimbulkan bebagai efek sampingan, bahkan akan menyebabkan gagalnya suatu pementasan secara total.
b. Sutradara dan Pementasan Drama
Tak dapat dipungkiri bahwa peran sutradara dalam pementasan drama sangat penting. Keberhasilan suatu pementasan drama tak lepas dari kreatifitas sutradara. Menurut Tambojan (1981) sutradara bertanggung jawab atas beberapa peran vital yang menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan drama. Peran sutradara tersebut adalah sebagai beikut.
1) Memilih naskah bermutu
Sutradara memilih naskah bermutu dengan berlandas pada nilai filsafati yakni naskah tersebut mengandung perenungan yang hakiki, segiartistik yakni naskah tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi, segi etishumanistik,yakni naskah tersebut memiliki nilai moral yang dapat memperkaya rokhani penonton, segi komersil yakni naskah itu memiliki daya minat yang mampu memacing penonton.
2) Menentukan penafsiran naskah
Naskah yang akan dipentaskan harus sesuai keinginan penafsiran sutradara berdasarkan naskah. meskipun penafsiran itu kadangkala merupakan hasil diskusi bersama dengan para aktor. Semua akting dandialog merupakan anjuran atau persetujuan sutradara karena berhasil atau gagalnya banyak ditentukan oleh kreativitas, etos kerja, dan tangung jawabnya.
3) Memilih aktor
Berdasarkan hasil penafsiran terhadap naskah, sutradara memilih dan menentuan aktor esuai postur tubuh, umur, dan jenis kelamin dan keahlian tokoh yang dinginkan dalam naskah.
4) Melatih aktor
Setelah memilih aktor, tugas sutradara adalah menentukan jadwal latihan untuk melatih aktor kepiawian aktor dalam memainkan peran yang diembannya sebagai prapementasan final. Hal ini agar pagelaran drama berjalan dengan tepat dan menarik.
5) Bekerjasama dengan tim
Sutradara juga harus mampu menentukan tim yang dapat membantunya mempersiapkan tata artistik: sinar, rias, busana, musik, panggung. Tim tersebut haris memiliki jiwa kreatif dan semangat kerja yang tinggi.
Mana daftar pustakanya
ReplyDelete